Sudah menjadi fakta umum bahwa banyak negara kedua kini memiliki industri sistem senjata, yang jika disimak ternyata hasilnya jiplakan produk serupa dari negara lain. Polandia, misalnya, sebagai mantan anggota Pakta Warsawa, memiliki industri kemiliteran dengan mayoritas produk bisa dikatakan tiruan atau hasil pengembangan dari sista buatan Rusia.
Salah satu diantara yang cukup dikenal adalah adalah PZA (Przeciwlotniczy Zetsaw Artyleryjski), sistem artileri pertahanan udara) loara. Artileri pertahanan udara hasil pengembangan dasawarsa 1990-an ini mirip Gepard, produk kerja bareng Krauss Maffei-Porsche (untuk sasis), Siemens-Hollandsche Signallapparaten (radar) dan Oerlikon-Contraves AG (modul senjata).
Begitu pun, Laora tidaklah murni buatan Polandia. Oerlikon-Contraves AG (Swiss) menyuplai kanon multilaras, sementara Siemens AG (Jerman) menyiapkan sistem radar penjejaknya. Dikolaborasikan dengan industri lokal Bumar Labedy sebagai penyedia sasis, Radwar untuk urusan radar penjejak dan Huta Stalowa Wola yang secara khusus menangani modul senjata produk lisensi Oerlikon-Contraves AG. Singkat kata, jadilah PZA Laora.
Perusahaan-perusahaan itu digandeng karena Polandia menyakini sista arhanud semacam ini memiliki potensi pasar menggiurkan. Apalagi karena di dalam negeri sista semacam Laora pun amat dibutuhkan. Petinggi militer Polandia rupanya menyadari bahwa primadona perang modern saat ini adalah kekuatan udara, yang mana untuk itu diperlukan sista arhanud yang andal dan bermobilitas tinggi.
Sasis
Sebagai pengusung modul senjata seberat total 675 kg dipilih tank PT (Polska Tank)-91 Twardy yang telah dimodifikasi. Induk PT-91 tak lain tank T-72M1 buatan Uni Soviet. PT-91 adalah buah karya biro perancang OBRUM (Osrodek Badawczo-Rozwojowy Urzadzen Mechanicznych, pusat litbang sistem mekanik) pada 1991. Bumar Labedy menangani urusan produksi massalnya.
Laju PT-91 digerakan mesin diesel tipe S12-U berdaya 850 PK (setara 630 kilo Watt). Tenaga sebesar ini diklaim lebih kuat ketimbang mesin asli yang dipakai pada T-72 M1. Namun karena para petinggi AD Polandia masih kurang sreg dengan kinerja lintas medan PT-91, empat tahun kemudian diluncurkan PT-91A dengan mesin penggerak tipe S-1000 bertenaga 1.000 PK (setara 740 kilo Watt).
Berkat mesin terbarunya itu, tank PT-91 mampu menjelajah jalan raya dengan kecepatan maksimum 60 km per jam hingga sejauh 650 km.
Dikendalikan tiga awak (komandan, pengemudi, juru senjata), tampilan PT-91 cukup sangar. Betapa tidak. Aura bengis akan tersorot dari bobotnya 43,5 ton dan dimensinya dengan panjang 6,67 m, lebar 3,42 m dan tinggi 2,19 m.
Modul senjata
Sebagai senjata pamungkas dipilih kanon berlaras ganda jenis KDA kaliber 35 mm lansiran Huta Stalowa Wola. Aslinya, kanon berkecepatan tembak 550 butir peluru/menit ini buatan Oerlikon-Contraves AG. Kabarnya ia mampu menggasak segala jenis obyek dirgantara yang terbang pada ketingggian 4.000 m dengan kecepatan 1.800 km/jam. Jika perlu kanon KDA dapat pula dipakai menghajar sasaran di darat atau di laut hingga sejauh 3.000 m.
Daya jangkau senjata ini akan bertambah tatkala ia memakai amunisi jenis FAPDS sehingga mampu menggasak sasaran di udara setinggi 6.000 m dan sasaran di darat sejauh 4.000 m.
Panjang tiap laras terpasang kanon KDA 3,15 m. Ia memang dipersiapkan untuk dapat menembakkan beragam jenis amunisi dengan kecepatan hambur awal (muzzle velocity) 4.986 km/jam. Jenis amunisinya mulai dari APDS, FAPDS hingga AHEAD. Tiap laras dibekali 200 butir peluru berbagai tipe untuk arhanud dan 20 peluru untuk menghantam sasaran di darat. Tiap peluru berbobot 1,46-1,56 kg dengan panjang 370-387 mm tergantung jenisnya.
Guna mengantisipasi datangnya serangan dari pasukan infanteri, pada kubah modul senjata utama dipasang senapan mesin ringan jenis PKT kaliber 7,62 mm dan tiga pasang tabung pelontar granat asap. Tak ketinggalan perangkat khusus guna menghadapi perang nuklir-biologi-kimia (nubika).
Kendali penembakan
Perangkat sensor kendali penembakan PZA Loara meliputi radar penjejak sasaran buatan Siemens AG (dipasang di depan kubah senjata), kamera jarak jauh berpanduan sinar infra merah, kamera TV dan alat penentu jarak sasaran berpanduan sinar laser. Berkat seabrek perlengkapan ini, Loara dapat beroperasi dengan efektif di segala kondisi cuaca baik siang maupun malam.
Selain sensor, sista arhanud juga dibekali radar pemerangkap sasaran multisinar tiga dimensi buatan Radwar yang dipasang di belakang kubah senjata. Radar ini mampu mendeteksi keberadaan calon sasaran pada ketinggian 26.000 m (di udara) atau sejauh 6.000 m (di darat) dengan sudut dongak piringan radar hingga 55 derajat.
Dalam perjalanan, piringan radar dapat dilipat merapat pada kubah senjata. Data teknis (terkait sasaran) yang dimiliki radar ini selalu diperbaharui setiap saat hingga ia dapat mengendus sekaligus 64 obyek calon sasaran tembak.
Salah satu diantara yang cukup dikenal adalah adalah PZA (Przeciwlotniczy Zetsaw Artyleryjski), sistem artileri pertahanan udara) loara. Artileri pertahanan udara hasil pengembangan dasawarsa 1990-an ini mirip Gepard, produk kerja bareng Krauss Maffei-Porsche (untuk sasis), Siemens-Hollandsche Signallapparaten (radar) dan Oerlikon-Contraves AG (modul senjata).
Begitu pun, Laora tidaklah murni buatan Polandia. Oerlikon-Contraves AG (Swiss) menyuplai kanon multilaras, sementara Siemens AG (Jerman) menyiapkan sistem radar penjejaknya. Dikolaborasikan dengan industri lokal Bumar Labedy sebagai penyedia sasis, Radwar untuk urusan radar penjejak dan Huta Stalowa Wola yang secara khusus menangani modul senjata produk lisensi Oerlikon-Contraves AG. Singkat kata, jadilah PZA Laora.
Perusahaan-perusahaan itu digandeng karena Polandia menyakini sista arhanud semacam ini memiliki potensi pasar menggiurkan. Apalagi karena di dalam negeri sista semacam Laora pun amat dibutuhkan. Petinggi militer Polandia rupanya menyadari bahwa primadona perang modern saat ini adalah kekuatan udara, yang mana untuk itu diperlukan sista arhanud yang andal dan bermobilitas tinggi.
Sasis
Sebagai pengusung modul senjata seberat total 675 kg dipilih tank PT (Polska Tank)-91 Twardy yang telah dimodifikasi. Induk PT-91 tak lain tank T-72M1 buatan Uni Soviet. PT-91 adalah buah karya biro perancang OBRUM (Osrodek Badawczo-Rozwojowy Urzadzen Mechanicznych, pusat litbang sistem mekanik) pada 1991. Bumar Labedy menangani urusan produksi massalnya.
Laju PT-91 digerakan mesin diesel tipe S12-U berdaya 850 PK (setara 630 kilo Watt). Tenaga sebesar ini diklaim lebih kuat ketimbang mesin asli yang dipakai pada T-72 M1. Namun karena para petinggi AD Polandia masih kurang sreg dengan kinerja lintas medan PT-91, empat tahun kemudian diluncurkan PT-91A dengan mesin penggerak tipe S-1000 bertenaga 1.000 PK (setara 740 kilo Watt).
Berkat mesin terbarunya itu, tank PT-91 mampu menjelajah jalan raya dengan kecepatan maksimum 60 km per jam hingga sejauh 650 km.
Dikendalikan tiga awak (komandan, pengemudi, juru senjata), tampilan PT-91 cukup sangar. Betapa tidak. Aura bengis akan tersorot dari bobotnya 43,5 ton dan dimensinya dengan panjang 6,67 m, lebar 3,42 m dan tinggi 2,19 m.
Modul senjata
Sebagai senjata pamungkas dipilih kanon berlaras ganda jenis KDA kaliber 35 mm lansiran Huta Stalowa Wola. Aslinya, kanon berkecepatan tembak 550 butir peluru/menit ini buatan Oerlikon-Contraves AG. Kabarnya ia mampu menggasak segala jenis obyek dirgantara yang terbang pada ketingggian 4.000 m dengan kecepatan 1.800 km/jam. Jika perlu kanon KDA dapat pula dipakai menghajar sasaran di darat atau di laut hingga sejauh 3.000 m.
Daya jangkau senjata ini akan bertambah tatkala ia memakai amunisi jenis FAPDS sehingga mampu menggasak sasaran di udara setinggi 6.000 m dan sasaran di darat sejauh 4.000 m.
Panjang tiap laras terpasang kanon KDA 3,15 m. Ia memang dipersiapkan untuk dapat menembakkan beragam jenis amunisi dengan kecepatan hambur awal (muzzle velocity) 4.986 km/jam. Jenis amunisinya mulai dari APDS, FAPDS hingga AHEAD. Tiap laras dibekali 200 butir peluru berbagai tipe untuk arhanud dan 20 peluru untuk menghantam sasaran di darat. Tiap peluru berbobot 1,46-1,56 kg dengan panjang 370-387 mm tergantung jenisnya.
Guna mengantisipasi datangnya serangan dari pasukan infanteri, pada kubah modul senjata utama dipasang senapan mesin ringan jenis PKT kaliber 7,62 mm dan tiga pasang tabung pelontar granat asap. Tak ketinggalan perangkat khusus guna menghadapi perang nuklir-biologi-kimia (nubika).
Kendali penembakan
Perangkat sensor kendali penembakan PZA Loara meliputi radar penjejak sasaran buatan Siemens AG (dipasang di depan kubah senjata), kamera jarak jauh berpanduan sinar infra merah, kamera TV dan alat penentu jarak sasaran berpanduan sinar laser. Berkat seabrek perlengkapan ini, Loara dapat beroperasi dengan efektif di segala kondisi cuaca baik siang maupun malam.
Selain sensor, sista arhanud juga dibekali radar pemerangkap sasaran multisinar tiga dimensi buatan Radwar yang dipasang di belakang kubah senjata. Radar ini mampu mendeteksi keberadaan calon sasaran pada ketinggian 26.000 m (di udara) atau sejauh 6.000 m (di darat) dengan sudut dongak piringan radar hingga 55 derajat.
Dalam perjalanan, piringan radar dapat dilipat merapat pada kubah senjata. Data teknis (terkait sasaran) yang dimiliki radar ini selalu diperbaharui setiap saat hingga ia dapat mengendus sekaligus 64 obyek calon sasaran tembak.
berbagai sumber
No comments:
Post a Comment